Senin, 30 November 2009

Penuaan Rongga Mulut

Factor yang mempengaruhi penuaan organ rongga mulut

Proses penuaan dipicu oleh laju peningkatan radikal bebas dan system penawara racun yang semakin berubah seiring berjalannya usia.

Factor proses penuaan :
a. Factor genetic
• Penuaan dini
• Resiko penyakit
• Intelegensia
• Pharmakogenik
• Warna kulit
• Tipe/ kepribadiaan seseorang

b. Factor endogenik
• Perubahan structural dan penurunan fungsional
• Kemampuan/ skill menurun
• Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D
c. Factor eksogenik (factor lingkungan dan gaya hidup)
• Diet/ asupan zat gizi
• Merokok
• Obat
• Penyinaran Ultra Violet
• Polusi

Proses penuaan jaringan keras rongga mulut
a. Gigi
o Email
- Erosi
Hilangnya lapisan terluar gigi secara progresif akibat pengaruh bahan-bahan kimia tanpa adanya pengaruh bakteri atau melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam
- Atrisi
Hilangnya substansi gigi secara bertahap pada permukaan atas gigi karena proses mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan. Ini terjadi pada permukaan atas gigi akibat kebiasaan mengunyah yang salah dan kebiasaan menggerakkan gigi berulang-ulang, serta kebiasaan menggeser-geser gigi saat tidur (bruxism)
- Abrasi
Terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi berkurang/ hilang hingga mencapai dentin. Penggunaan gigi secara patologis akibat dari kebiasaan buruk/ pemakaian zat-zat abrasive secara oral, merokok dengan pipa, mengunyah tembakau, menyikat gigi secara agresif

o Dentin
Reaksi kompleks dentin pada proses penuaan ialah terjadinya pembentukkan :
- Dentin Sekunder, yang merupakan kelanjutan dentinogenesis serta reduksi jumlah odontoblas
- Dentin Tersier, respon rangsangan dan odontoblast berdesakan serta tubulus dentin bengkok
- Dentin Sklerotik, karies terhenti/ berjalan sangat lambat dan tubulus dentin menghilang
- Dead Tracks (Sal. Mati), tubulus dentin kosong

o Pulpa
Reaksi kompleks pulpa pada proses penuaan :
- Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa
- Penurunan komponen seluler dan vaskuler
- Reduksi ukuran ruang pulpa
- Peningkatan kolagen jaringan pulpa

b. Tulang Alveolar
- Terjadi resorbsi dari processus alveolaris, terutama setelah pencabutan gigi, sehingga ;
o Tinggi wajah berkurang
o Pipi dan Labium Oris tidak terdukung
o Wajah menjadi keriput

- Terjadi resorbsi pada caput mandibula, fossa glenoidales membatasi ruang gerak membuka dan menutup mandibula

- Resorbsi tulang alveolar menyebabkan pengurangan jumlah tulang akibat kerusakan tulang karena adanya peningkatan osteoklast (fungsinya : perusakan tulang) sehingga terjadi proses osteolisis dan peningkatan vaskularisasi

Proses penuaan jaringan lunak rongga mulut
a. Mukosa
Terjadi perubahan pada struktur, fungsi dan elastisitas jaringan mukosa mulut. Mukosa mulut terlihat :
- Pucat
- Kering
- Hilangnya Stippling
- Terjadinya Oedema
- Elastisitas jaringan berkurang
- Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh
- Kemunduran lamina propria
- Epitel mengalami penipisan
- Keratinisasi berkurang
- Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi

b. Lidah
- Tonus lidah mengalami penurunan tapi ukurannya tidak berubah kecuali pada orang yang kehilangan giginya
- Papilla lidah berkurang demikian juga ukurannya
- Pengurangan kuncup pengecap yang mengakibatkan penerimaan sensitivitas terhadap rasa manis, pahit, dan asam

c. Kelenjar Saliva
- Kecepatan aliran saliva rendah
- Biosintesis protein menurun karena sel-sel asinus mengalami atropi sehingga jumlah protein saliva menurun
- Xerostomia, aliran saliva berkurang karena menurunya jumlah jaringan asihan yang sebanding dengan ductus dan connective tissue

d. Ligamen Periodontal
Pada serat-serat ligament dan kalsifikasi serat-serat kolagen yang menyebabkan berkurangnya lebar ligament periodontal

e. Gingiva
- Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya keratinisasi epitel
Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel Junction sering -disebabkan peradangan, sehingga terbukanya sementum yang menyebabkan karies pada akar gigi

Pengaruh penuaan terhadap sendi TMJ dan persyarafan
Perubahan pada sendi Temporo Madibular Junction sering terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi sehingga melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar membuka mulut secara lebar.

1. Pengaruh pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi posterior telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ

2. Akibat penuaan jmengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks

3. Penuaan mengakibatkan remodeling (degradasi makromolekul sel dan ekstraselular secara continue pada struktur dan fungsi jaringan konektif) pada sendi. Remodeling ini merupakan adaptasi biologis terhadap lingkungan yaitu respon stress biomekanis. Contohnya remodeling sebagai kompensasi gigi yang telah dicabut. Akibat proses menua, jaringan sendi mnegalami reduksi sel yang progresif. Remodeling terjadi pada bagian anterior dan posterior kondil medial dan lateral dan atap fossa glenoid

Perubahan umum
- Berkurangnya kemampuan proliferasi secara keseluruhan sehingga bila terjadi kerusakan atau kematian sel jaringan TMJ :
o Kemampuan untuk melakukan reparasi menurun
o Menurunya kemampuan reaksi jaringan terjadap rangsangan pertumbuhan
o Menurunya respon imun dan menurunya kemampuan pembentukan protein akibat rangsangan dari luar

Perubahan pada jaringan tulang rawan sendi
- Menurunya ketebalan lapisan fibro kartilago pada permukaan condilust sendi
- Terjadi degenerasi dari kondrosit sehingga munurunya kemampuan kartilago terhadap rangsangan tekanan

Cairan synovial menurun sehingga :
- Mempunyai kelancaran pergerakan diskus artikularis
- Terjadi krepitasi pada gerak sendi dan pada keadaan yang lebih parah diskus artikulasi akan robek atau mengalami kerusakan

Perubahan pada Ligamen Sendi
- Menurunya ketebaln kapsula sendi
- Menurunya daya tahan regangan dari serat kolagen yang membentuk ligament TMJ
- Sintesa menurun sehingga proses reparasi menurun, karena menurunya ketahan regangan maka terjadi penurunan keleluasaan artikulasi TMJ

Pusat pengendalian saraf otonom adalah hipotalamus. Gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan asetilkolin, atekolamin dopamine, dan noradrenalin.
- Perubahan pada neurotransmisi pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolin-asetilase
- Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin

Pengaruh proses penuaan terhadap system stomatognatik
System Stomatognatik
Kombinasi struktur cavum oris yang terlibat dalam proses bicara, pengecapan, mastikasi dan penelanan. Terdiri dari :
a. Gigi
b. Rahang
c. Otot pengunyahan
d. Persyarafan
e. TMJ

Secara umum
- Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan mengganggu kestabilan lengkung gigi sehingga mengacaukan fungsi kunyah
- Pada proses bicara, huruf konsonan dibentuk oleh pemutusan aliran udara di atas larink. Pemutusan ini dapat dilakukan oleh salhsatunya karena gigi sehingga jika gigi sudah tanggal, pembentukan huruf konsonan terganggu, dan menghambat proses bicara
- Produk bicara juga dipengaruhi oleh otot pengunyahan

Pengaruh perubahan usia pada gigi geligi
1. Pergerakan ke mesial (kea rah depan) dari gigi geligi. Pada tiap arcus dentalis yang berhubungan dengan ausnya facies aproximalis (daerah kontak) dari gigi geligi tetangganya (proses penyesuaian local untuk gigi sebelahnya)
2. Atrisi enamel, diikuti dengan terbukanya dentin pada facies occlusalis dan edge insisal. Proses ini berhubungan dengan reduksi besar cavitas pulparis karena dentin sekunder yang mengalami atrisi yang hebat
3. Pergerakan mandibula ke depan dalam hubungan dengan maksila. Diakibatkan karena atrisi bonjol-bonjol gigi belakang cenderung menimbulkan kontak gigitan tepi dari insisivus atas dan bawah bertemu
4. Resesi gingiva, menyebabkan CEJ pada cavum oris sehingga perlekatan ligamentum periodonsium akan berkurang dan tepi soket tereabsorpsi
5. Akar gigi memanjang karena deposisi cementum pada regio apicalis sehingga kompensasi resesi gusi ke arah akar menyebabkan erupsi aktif
6. Penyempitan rongga pulpa dan penebalan cementum

Solusi dari akibat penuaan organ rongga mulut

a. Perubahan warna Intrinsik, karena penuaan aging/ penuaan gigi cenderung menguning
Solusi : Bleaching menggunakan bahan kimia (peroksida) yang akan terurai menjadi hydrogen peroksida menjadi radikal bebas yang menyebabkan organic dalam email gigi dimana molekul organic besar, sehingga lebih kecil dan lebih sedikit merefreksikan cahaya sehingga lebih putih

b. Jika gigi goyah akibat jaringan penyangga yang tidak baik
Solusi : Splinting

c. Tulang alveolar yang resorpsi
Solusi : Bone grafting yang tujuannya mengurangi kedalaman poket periodontal, peningkatan pelekatan secara klinik, pengisian tulang di daerah defek dan degenerasi tulang baru, semen dan ligament periodontal

d. Gigi yang tanggal
Solusi : pemasangan protesa

Namun pada penuaan karena lanjut usia, ada beberapa factor yang harus diperhatikan :
1. Tidak semua gigi tersisa harus dicabut. Jangan paksakan untuk membuat gigi tiruan penuh
2. Kondisi jarak dimensi vertical tinggi wajah dalam arah vertical pada lansia secara fisiologis selalu berkurang dan sifatnya irreversible, hal ini karena resorbsi alveolar ridge. Hal ini menyebabkan gigi tiruan menjadi tidak stabil karena gigi tiruan tidak cekat lagi ada tempatnya.

semoga bermanfaat ^^

Anomali Tumbuh Kembang pada Gigi

Tanpa kita sadari bahwa yang ada dalam tubuh, baik bentuknya besar atau kecil merupakan bentuk yang abnormal.


Anomali Tumbuh Kembang pada Gigi


a. Berdasarkan Bentuk Gigi

· Germinasi: kelainan gigi yang terjadi karena satu benih gigi terbagi dua pada proses invaginasi, sehingga terbentuk dua gigi yang tidak sempurna.

· Fusi: penyatuan sebagian atau seluruh dua benih gigi selama pertumbuhan.

· Hutchinson teeth: bentuk gigi abnormal pada sifilis congenital, yaitu bentuk seperti obeng pada insisivus,peg shape pada kaninus, dan mulberry pada molar satu.

· Odontoma: pembentukan abnormal jaringan gigi karena gangguan pada lamina dental atau folikel akibat trauma atau infeksi.

· Enameloma: suatu endapan email kecil di sekitar apical dentin akibat pertautan sementum dan email seperti mutiara.

· Hipersementosis: sementum yang berlebihan di sekitar akar gigi karena kelainan local atau sistemik.

· Dilaserasi: penyimpangan pertumbuhan gigi sehingga hubungan aksial antara mahkota dan akar berubah.

· Konkresens: salah satu bentuk fusi yang terjadi setelah akar terbentuk sempurna, sehingga penyatuan hanya terjadi pada sementum akar gigi.

· Dens in dente: gigi yang terbentuk dalam gigi, biasanya mengenai gigi insisisvus lateral dan sentral.

· Taurodontia: pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk sapi.

· Diskrorasi: ekstrinsik (stain), intrinsic (karena tempat tinggal penyakit yang diderita), kuning dan coklat (tetracycline, lahir premature, amelogenesis imperfecta, dentinogenesis imperfecta), biru (erytroblastosis foetalis).


b. Berdasarkan Variasi dan ukuran Gigi

· Mikrodontia

· Macrodontia: true macrodontia (pada penderita gigantisme)dan false macrodontia (pada gigi I dan C).


c. Berdasarkan Erupsi gigi

· Premature ( terlalu cepat/terlambat)

· Ektopik ( di luar posisi normal )

· Impaksi ( terjepit ).

· Neonatal teeth: tumbuhnya gigi susu pada saat bayi baru lahir.


d. Berdasarkan Jumlah Gigi

· Supernumerary teeth: brntuk gigi tambahan antara dua gigi dengan bentuk dan ukuran tidak normal.

· Anodontia: tidak berkembangnya sebagian/seluruh gigi.

· Preciduous dentition: lahir dengan struktur mirip gigi erupsi waktu lahir karena penandukan epitel di atas gingival.

Perkembangan Oklusi dan Relasi Rahang

Perkembangan oklusi dan relasi rahang

• Periode sebelum erupsi gigi sulung
Pada waktu bayi dilahirkan, antara rahang atas dan rahang bawah hanya terlihat adanya gumpad ( ruangan di antara gusi-gusinya )0 disebut interalveolar. Jarak antara gumpad atas dan bawah biasanya 6-8 mm. Dalam arah antero posterior gumpad atas lebih ke anterior sebesar 2,7 mm pada laki-laki dan 2,5 mm pada wanita.

• Periode gigi susu
a. Perkembangan normal
Gigi geligi susu mulai bererupsi pada usia 6 bulan, normalnya sudah beroklusi seluruhnya pada usia 3 tahun. Umur 3-6 tahun peningkatan terhadap lebar interkanina, dimana terbentuk space,abrasi oklusal,rahang bawah bengkak ke depan sehingga terbentuk edge to edge.
b. Perkembangan idealnya
- Gigi yang pertama erupsi dan membentuk kontak oklusal adalah gigi insisivus yang idealnya menduduki posisi oklusal. Posisi yang ideal untuk gigi insisivus susu lebih vertical daripada gigi insisivus tetap dengan overbite incisal yang lebih dalam. Gigi insisivus bawah pada kondisi ini akan berkontak dengan daerah singulum dari insisivus atas pada oklusi sentrik.

- Setelah gigi m1 susu akan bererupsi sampai ke kontak oklusi. Pada situasi ini, akan membuat kontak oklusal sehingga molar bawah sedikit lebih ke depan dalam hubungan dalam molar atas.

- Gigi kaninus juga akan menyusul bererupsi ke kontak oklusi. Pada situais ideal, akan ada celah di sebelah mesial dari C atas dan di sebelah distal C bawah, tempat kearah mana gigi C antagonis berintegrasi.

- Gigi terakhir bererupsi ke hubungan oklusi gigi geligi susu adalah molar 2 susu. Gigi ini bererupsi sedikit renggang dari m1, namun celah ini dengan cepat akan menutup melalui pergerakan m2 ke depan.

• Periode gigi permanen
a. Perkembangan normal:
- Gigi I permanen lebih besar dari gigi I desidui dan proklinasi ruang diperoleh dari pertumbuhan lebar intercanina.

- Gigi C, P1, P2 permanen menggantikan gigi C, M1, M2 decidui yang mengakibatkan adanya leeway space

- Molar permanen bergeser ke depan untuk menduduki lee way space, dimana M atas terhadap M bawah.

b. Perkembangan ideal:
Ada 3tahap:
- Erupsi dari M1 dan I1 permanen.
Insisivus tetap akan bererupsi sedikit lebih proklinasi daripada insisivus susu dan karena itu membentuk overbite insisal yang lebih kecil bila gigi-gigi tersebut berkontak oklusal. Proklinasi ini juga berperan dalammenambah ukuran lengkung rahang. M1 tetap pada mulanya beroklusi pada posisi dimana permukaan distal dari molar atas berada pada bidang vertical yang sama dengan permukaan distal molar bawah. Dengan lepasnya gigi m2 susu, gigi M1 tetap bawah akan bergeser kedepanlebih jauh daripada M1 atas tetapsehingga permukaan distal molar pertama bawah tetap sedikit lebih anterior dari molar atas dan tonjol antero bukal dari molar atas akan beroklusi dengan groove mesiobukal dari molar bawah.

- Erupsi dari kaninus, premolar dan molar ke2.
a. Gigi premolar 1 akan beroklusi sedemikian rupa sehingga lereng distal dari permukaan P bawah beroklusi dengan lereng mesialdari permukaan oklusal P atas.

b. Gigi P2 selanjutnya akan bererupsi ke hubungan yang sama dan pada kira-kira waktu yang sama.

c. Gigi C atas akan bererupsi ke hubungan oklusi sehingga ujung tonjolnya berada pada bidang vertical yang sama dengan permukaan distal caninus bawah.

d. M2 akan bererupsike oklusi yang sama seperti molar pertama. M2 atas akan bertumbuh tinggi pada prosecus alveolaris tepat di bawah dasar antrum maxilla. Sedangkan M2 bawah biasanya berkembang pada posisi tegak lurus atau sedikit miring ke mesial.

- Erupsi gigi M3.
Gigi molar ke3 berkembang pada posisi yang sama seperti M2 dengan M3 atas berkembang lebih tinggi, di bawah sudut postero inferior dari antrum maxilla. Biasanya dengan sedikit inklinasi distal. M3 bawah mempunyai jalur erupsi yang lebih pendek daripada M3 atas, pada awalnya menduduki posisi lebih vertical atau dengan sedikit inklinasi ke mesial.

Foster membagi dalam 3 tahap perkembangan pada periode gigi tetap:
• Tahap erupsi M1 dan I1 terjadi pada umur antara 6-8 tahun. Terjadi pergantian gigi I dan penambahan M!.pada umur 6,5 tahun ketika I sentral atas erupsi akan terlihat space pada garis median prosesus alveolaris, kadang-kadang insisivus permanen terlihat crowding pada saat erupsi dan insisivus lateral berimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu.

• Tahap erupsi C, P, M2 pada umur antara 10-13 tahun. Pada tahap ini, bila m susu bawah sudah diganti oleh P permanen, sedangkan m susu atas belum, maka akan terdapat penambahan besar overbite dan bila sebaliknya maka kontak gigi terlihat edge.

• Tahap erupsi M3, yang berguna untuk penyesuaian oklusi (oclusal adjustment).

sedikit ilmu tuk berbagi ^^

Minggu, 29 November 2009

Sekresi Saliva

Berikut sedikit ulasan tentang mekanisme, faktor-faktor yang mempengaruhi sekresinya, serta fungsi dari saliva itu sendiri bagi tubuh kita . . .

A. Mekanisme Sekresi Saliva

Fase I (Asinosa)

è Terjadi sintesa dan produksi

Fase II (Tubuler)

è Mengubah komposisi saliva menjadi kontraksi sel mioepitel

è Air dan elektrolit disekresi atau diresorbsi oleh sel strita

Sekresi primer, dihasilkan oleh 2 asinus berupa ptilain dan musin. Sewaktu mengalir melalui duktus terjadi 2 proses transport aktif utama yang memodifikasi komposisi ion saliva :

è Ion-ion Na secara aktif diresorbsi dari semua duktus salivatorius (interkalatus) dan ion-ion Na disekresi secara aktif

è Ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus

è Hasil akhir, pada kondisi istirahat, konsentrasi masing-masing ion Na dan Cl dalam saliva hanya sekitar 15 mea/ liter, sedangkan ion K 30 mea/ liter, ion bikarbonat 80-70 mea/ liter

Sekresi saliva terdiri dari :

è Sekresi sevus yang mengandung ptyalin (enzim untuk mencerna serat)

è Sekresi mucus untuk pelumas

Regulasi sekresi saliva

è Sekresi saliva berada di bawak control syaraf. Rangsangan pada syaraf parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi saliva, dan berpengaruh terhadap komposisinya. Syaraf parasimpatik dari nucleus salivatorius superior menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organic yang rendah. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (Vasoactive Intestine Polipeptide), yang mana polipeptida ini adalah co-transmitter dengan asetil kolin pada sebagian neuron parasimpatis pasca ganglio. Rangsangan syaraf simpatis cenderung mempengaruhi volume sekresinya. Syaraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang kaya akan organic dari kelenjar submandibularis.

Kecepatan sekresi saliva ditentukan oleh :

è Posisi tubuh

è Keadaan tidur

è Rangsangan

“Self Cleansing”

è Kemampuan saliva untuk membersihkan rongga mulut dibantu dengan bentuk morfologi gigi yang telah sedemikian rupa diciptakan agar makanan meluncur ke bawah dengan bantuan saliva.

B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sekresi Saliva

1. Rangsangan mekanis, contohnya mengunyah makanan keras atau permen karet

2. Rangsangan kimiawi, seperti rangsangan asam, manis, asin, pahit dan pedas

3. Reflex syaraf, melalui system saraf autonom baik simpatis maupun parasimpatis (sifat dan besarnya stimulus)

4. Psikis

· Stress menghambat sekresi

· Ketegangan dan kemarahan dapat bekerja sebagai stimulus

5. Rangsangan rasa sakit, misalnya radang (gingivitis) dan pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi

6. Irama siang dan malam

· Pada kondisi istirahat (malam), sekresi saliva menurun

· Pada siang, sekresi saliva meningkat. Contohnya saat mencium dan melihat makanan

7. Tipe kelenjar

Sekresi masing-masing kelenjar berbeda secara almiah dan kuantitas dari protein dan elektrolit yang berbeda

8. Diet

9. Umur, Jenis kelamin, dan fisiologis seseorang

Laju alir saliva meningkat dari umur anak-anak sampai remaja dan akan menurun (kira-kira 25%) pada usia tua

10. Kadar hormone

11. Elektrolit

12. Kapasitas buffer

13. Obat-obatan

Ada sebagian obat yang dapat meningkatkan sekresi saliva dan ada yang menurunkan sekresi saliva. Contohnya : Antane, Librax, dll.

14. Gerak badan

C. Fungsi saliva antara lain

1. Pembersih mekanik

Adanya aliran saliva membersihkan rongga mulut

2. Aktivitas antibakteri

Komponen saliva seperti lisosom dengan immunoglobulin dapat menangkal bakteri

3. Buffer

Menjaga kestabilan pH rongga mulut dengan adanya bikarbonat dengan fosfat

4. Pengaturan kandungan air

· Haus, sehingga merangsang untuk minum

· Kekeringan mengakibatkan sekresi saliva berkurang

5. Pengeluaran virus dan metabolisme organisme

Melalui serum seperti alkaloid tertentu, antibiotic, alcohol, hormone steroid dan juga virus

6. Pencernaan makanan dan kesadaran mengecap

· Enzim α-amilase pada ptyalin mengubah pati menjadi gula

· Mucus berperan dalam pengunyahan, penelanan dengan articulasi waktu bicara

· Pelarut penting untuk kesadaran pengecap

7. Perlindungan permukaan gigi

Protein permukaan gigi (acquired pellicle) dan pengenceran ludah menghambat kolonisasi bakteri


semoga bermanfaat ^^