Minggu, 17 Januari 2010

Mekanisme kerja Antibiotik, Analgesik & Antipeuretik, serta Vitamin

Mekanisme kerja Antibiotik, Analgesik & Antipeuretik, serta Vitamin

a. Antibiotik

Þ Perusak kehidupan yaitu suatu zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lainnya.

Cara kerjanya :

1. Antibiotik yang menghambat metabolism sel mikroba

Misalnya : sulfonamide, trimetropin, asam p-aminosalisilat (PAS), dan sulfon. Akan menghasilkan efek bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Kuman pathogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoate (PABA) untuk kebutuhan hidupnya.

2. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel mikroba

Misalnya : penisilin, sefalosporin, basitrin, vankomisin, dan sikloserin. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu polimer mukopeptida (glikopeptida). Tekanan osmotic dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka kerusakan dinding sel kuman akan akan menyebabkan terjadinya lisis yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman peka.

3. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membrane sel mikroba

Misalnya : polimiksin, golongan polien serta antimikroba kemoterapeutik, misalnya antiseptic surface active agents. Polimiksin sebagai sneyawa ammonium kuaterner dapat merusak membran sel setelah beraksi dengan fosfat dan fosfolipid membrane sel mikroba. Polimiksin tidak efektif untuk bakteri gram positif karena mengandung sedikit fosfat.

4. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba

Misalnya : aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tertrasiklin, dan kloramfenikol. Untuk kelangsungan hidunya bakteri perlu mensintesis berbagai protein, sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri dari dua sub unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi yaitu 30 S dan 50 S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70 S.

Misalnya kerja obat tetrasiklin, tetrasiklin akan berikatan dengan ribosom 30 S dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

5. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.

Misalnya : rifampisin dan golongan quinolon. Rifamsin berikatan dengan enzin polymerase RNA (pada sub unit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tsb.

Menurut golongannya :

ü Golongan β – laktam

contoh : penicilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem

Mekanisme kerja : Menghambat D – alanin transpeptidase yang mengakibatkan pita glikan dari dinding sel yang baru tidak dapat menyatu sehingga dinding sel tidak mendapatkan stabilitas yang diperlukan.

ü Golongan kloramfenikol

Mekanisme kerja : menghambat peptidil transferase pada fase pemanjangan sehingga mengganggu síntesis protein

ü Golongan makrolida

contoh : eritromisin, spiramisin

Mekanisme kerja : menghambat síntesis protein pada fase pemanjangan dengan mempengaruhi translokasi. Senyawa ini terikat secara reversible pada unit 50 S dari ribosom

Mekanisme kerja yang terpenting pada antibiotika adalah perintangan sintesa protein, sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi tanpa merusak jaringan tuan rumah. Selain itu, beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel dan membrane sel.

b. Analgetik & Antipeuretik

1. Analgetik

Þ obat penghalang nyeri (zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghalangi kesadaran).

Cara kerja :

Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi terganggu dan reaksi inflamasi akan tertekan.

Digunakan baik diperifer maupun di sentral, tetapi efek perifernya lebih banyak. Efek analgesiknya berhubungan dengan efek antiinflamsinya dan diakibatkan oleh inhibisi sintesis prostaglandin dalam jaringan yang meradang. Prostaglandin menghasilkan sedikit nyeri, tetapi mempotensiasi nyeri yang disebabkan oleh mediator inflamasi lain (misalnya histamine, bradikinin).

Analgetik terdiri dari :

ü Analgetik kuat ( opiat )

Bekerja pada :

1. Pusat hipoanalgetika :

· menurunkan rasa nyeri dengan cara stimulasi reseptor obat

· tidak mempengaruhi kualitas organ lain pada dosis terapi

· mengurangi aktivitas kejiwaan

· meniadakan rasa takut dan rasa bermasalah

· menghambat pusat pernafasan dan pusat batuk

· menimbulkan miosis

· meningkatkan pembebasan ADH

· pada pemakaian berulang seringkali menyebabkan torelansi dan ketergantungan

2. Kerja perifer

· memperlambat pengosongan lambung melalui kontriksi pirolus

· mengurangi motilitas dan pengurangan tonus saluran cerna

· mengkontraksi sfinkter dalam sal empedu

· meningkatkan tonos otot kandung kemih

· mengurangi tonos pembuluh darah

· menimbulkan pemerahan kulit, urticaria, rangsang gatal

ü Analgetik lemah sampai sedang

Dapat juga disebut analgetik perifer ( bekerja kecil ). Disamping kerja analgetik, senyawa – senyawa ini memiliki kerja antipiretik dengan mempengaruhi sintesis prostaglandin

2. Antipeuretik

Þ Zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh

Cara kerja :

Berhubungan dengan sistem biosintesis prostaglandin sehingga indometasi menghambat terjadinya inflamasi (sama dengan analgetik).

OAINS tidak mengurangi suhu tubuh normal atau suhu yang meningkatkan pada heat stroke yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus. Selama demam, pirogen endogen (IL 1) dilepaskan dari leukosit dan bekerja langsung pada pusat termoregulator dalam hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh. Efek ini berhubungan dengan peningkatan prostaglandin otak (yang bersifat pirogenik). Aspirin mencegah efek peningkatan suhu dan IL-1 dengan mencegah peningkatan kadar prostaglandin otak.

c. Vitamin

Vitamin dapat dibagi menjadi dua golongan :

1. Vitamin larut lemak : vitamin A, D,E, dan K.

Vitamin larut lemak dapat disimpan dalam jumlah banyak, sehingga untuk timbulnya gejala defisiensi dibutuhkan waktu lebih lama dan kemungkinan terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin larut air

2. Vitamin larut air : vitamin B kompleks dan vitamin C.

Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah terbatas dan sisanya dibuang, sehingga untuk mempertahan saturasi jaringan vitamin larut air perlu sering dikonsumsi. Vitamin larut air berperan sebagai kofaktor untuk enzim tertentu.

0 komentar:

Posting Komentar